Saturday, May 23, 2009

Spiritual Marketing

. Saturday, May 23, 2009

Sebuah pendekatan baru bagaimana pemasar melakukan strategi pemasaran dengan menggunakan unsur-unsur spiritual yang ada dalam masyarakat. Makna spriritual di sini tidak selalu yang berkaitan dengan agama atau relegius, tetapi juga mencakup aktivitas-aktivitas sosial dan artificial.

Konsep marketing dengan pendekatan spiritual mempunyai makna yang berkaitan dengan religius, dan disertai dengan nilai-nilai spiritual seperti keterbukaan, kejujuran, rendah hati, bisa dipercaya dan dibangun dengan tindakan-tindakan yang mulia.

Terbuka, mengandung makna, perusahaan tidak menyembunyikan hal-hal yang seharusnya memang harus diketahui oleh konsumen. Misalnya unsur-unsur yang ada dalam produk tersebut. Jujur, bahwa perusahaan tidak berbohong kepada konsumen, berbicara apa adanya tentang suatu produk. Ini akan bisa meningkatkan kepercayaan konsumen pada suatu produk. Yang terpenting adalah tindakan-tindakan mulia yang dilakukan perusahaan yang dapat membantu masyarakat banyak, tidak hanya sekedar mencari keuntungan tertentu. Semua itu dibangun untuk meningkatkan kepercayaan konsumen.

Tentu saja dengan menghubungkan dengan nilai-nilai spritualitas dan atau sosial, pelanggan lebih memiliki ikatan emosional dengan produk atau perusahaan. Dengan adanya kegiatan yang bernuansa religius, perusahaan berharap dapat menarik simpati masyarakat.
Banyak perusahaan yang sudah melakukan spriritual marketing ini, sebagian hanya menggunakannya sebagai alat kosmetik, namun banyak perusahaan yang mengemas pemasarannya dengan konsep spiritual marketing untuk jangka panjang. Pendekatan spritual juga dilakukan untuk melakukan diferensiasi dengan produk atau perusahaan lain.

Kasus yang menggunakan konsep spritual seperti yang terakhir ini sudah dari awal program pemasarannya memang ditujukan kepada segmen pasar yang religius. Sebut saja perbankan syariah, yang memang ditujukan kepada masyarakat muslim atau mereka yang menggangap bunga bank adalah riba. Bank yang sejak awal menggarap pasar ini adalah Bank Muamalat . Sementara itu produk-produk yang berkaitan dengan agama misalnya Sunsilk yang ditujukan kepada wanita berkerudung, ada juga pasta gigi Siwak, atau mie Alhami atau Salami.

Jumlah penduduk Indonesia yang sebagian besar muslim diperkirakan 180 juta, memang luar biasa. Daya beli mereka relatif besar sehingga menarik perhatian pemasar untuk menggarap ceruk pasar ini.

Perusahaan juga bisa menggunakan aktivitas sosial untuk menarik simpati masyarakat. Program-program pemasaran seperti ini biasanya merupakan program jangka pendek. Produknya tidak langsung berkaitan dengan nilai religius namun aktivitas sosialnya yang berkaitan dengan nilaia religius.

Misalnya, ketika terjadi bencana di Aceh atau Jogyakarta, banyak perusahaan memanfaatkan kejadian ini dengan memberikan sumbangan bagi yang tertimpa musibah. Program yang dilakukan ini bisa membuat simpati masyarakat dan citra perusahaan meningkat. Mereka menggangap perusahaan peduli dengan mereka sehingga citra positif akan mudah terbentuk. Aktivitas dengan pendekatan spritual marketing juga dilakukan dengan menyisihkan sebagian hasil penjualan untuk dana amal.

Namun kegiatan pemasaran dengan spritual marketing tidak menjamin program pemasaran akan berhasil. Mie Alhami dan Sunsilk untuk wanita berkerudung yang disebutkan di atas, gaungnya kurang kelihatan. Ini memperkokoh argumen bahwa spiritual dengan pendekatan agama kurang tepat. Agama bukan dijadikan komoditi namun sebaiknya dijadikan spirit dalam mengembangkan strategi pemasaran.

Untuk membangun konsep spiritual marketing bisa dilakukan melalui komunitas-komunitas tertentu seperti komunitas pengajian, komunitas amal dan sebagainya. Komunitas ini akan menimbulkan rasa kebersamaan di antara mereka. Komunitas ini akan memberikan kekuatan kepada anggota komunitas yang lain.

Nilai-nilai spiritual harus melekat dalam suatu produk. Konsep 4 P dalam pemsaran (product, price, place, promotion) harus terpadu. Kesalahan dalam mengemas salah satu P tersebut akan menurunkan nilai spiritual. Misalnya, busana pakaian bisa saja merupakan busana muslim, namun belum tentu bernilai spiritual, karena program pemasaran yang dilaksanakan tidak terpadu misalnya promosi dan program diskon serta tempat promosi tidak menggambarkan nilai spiritual.

Konsep spritual marketing memang dapat menarik suatu komunitas tertentu, namun jika program pemasarannya tidak dilaksanakan secara terintegrasi maka konsep ini tidak bisa menjamin keberhasilan program pemasaran.

0 comments:

Post a Comment